Minggu, 23 Februari 2014

Harapan Sebuah Nama

Dikutip dari Warta Paroki St. Antonius Padua - Bidaracina (Hal 1)

Anton, demikianlah sapaan akrabku. Sedari kecil, orang-orang di sekitarku memang biasa memanggilku begitu. Mereka mencomot bagian depan nama permandianku : Antonius Padua. Maklumlah nama asliku juga sering menjadi bahan guyon karena sangat aneh - juga bagi diriku sendiri. Ibuku memang hanya memberiku nama "B". Itu Saja ! .
Menurut cerita yang kudengar,

Sabtu, 22 Februari 2014

Renungan Sabtu,22/02/2014

Pesta Takhta St. Petrus, Rasul

Apa Katamu

Setiap kali kita bercerita, seorang teman selalu mengawalinya dengan kata, "Eh, katanya..." atau "Kata si Bayu..." atau "Katanya...". Kebiasaan tersebut sudah melekat, sehingga menjadi ciri khasnya. Hampir tidak pernah dia bercerita tanpa mengucapkan "kata orang". Ternyata, kata tersebut dijadikan pelindungnya, apabila ada yang mempertanyakan atau mempersalahkan ceritanya.
Namun, dalam Injil hari ini, Yesus justru bertanya "apa katamu". Suatu pertanyaan yang menuntut penjawabnya untuk percaya diri dan yakin dengan jawabannya. Si penjawab tidak bisa lagi bersembunyi di balik jawabannya. Meski tampaknya sebuah pertanyaan sederhana, ternyata dari kedua belas rasul hanya Petrus yang berani menjawab pertanyaan Yesus.
Apakah pertanyaan Yesus sulit ? Pertanyaan tersebut gampang-gampang susah untuk dijawab. Gampang dijawab kalau mengenal Yesus secara mendalam, tetapi sebaliknya susah dijawab kalau tidak mengenal Yesus. Maka, pertanyaan Yesus tersebut hanya bisa dijawab oleh seseorang yang memiliki cinta dan kedekatan dengan-Nya. Bukan hanya dekat secara fisik, tetapi juga memiliki kedekatan hati. Cinta mendorong seseorang untuk mengenal lebih dalam lagi. Tanpa cinta, seseorang hanya mengenal secara lahiriah saja, seperti siapa namanya, di mana dia tinggal, berapa umurnya, berapa nomor teleponnya dan seterusnya. Maka menumbuhkan cinta yang mendalam kepada Tuhan bukanlah hal yang mudah. Setidaknya hal itu juga menjadi pengalaman dari Santo Petrus.
Santo Petrus harus jatuh bangun untuk sampai kepada cinta yang mendalam kepada Yesus. Mulai dari menyangkal Yesus hingga berusaha melarikan diri dari Roma ketika ada penindasan terhadap orang-orang Kristen. Meski begitu, Petrus tidak menyerah dan putus asa. Ia berusaha belajar dari kesalahannya itu. Oleh karena itu, Pesta Takhta Santo Petrus pada hari ini bukanlah soal jabatan, tetapi soal kedalaman cinta Petrus kepada Yesus, yang terwujud dalam kesediaannya untuk menggembalakan kawanan domba yang dipercayakan kepadanya.
Demikian pula dalam keluarga harus tumbuh sikap mencintai dengan sepenuh hati dan bukan karena terpaksa. Cinta yang mendalam akan mendorong setiap anggotanya untuk saling mengenal satu sama lain juga secara mendalam. [Petrus]

Sumber : Cafe Rohani

Injil Sabtu, 22/02/2014

Matius 16:13-19

Mat 16:13 Setelah Yesus tiba di daerah Kaisarea Filipi, Ia bertanya kepada murid-murid-Nya: "Kata orang,                  siapakah Anak Manusia itu?"
Mat 16:14 Jawab mereka: "Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia dan                  ada pula yang mengatakan: Yeremia atau salah seorang dari para nabi."
Mat 16:15 Lalu Yesus bertanya kepada mereka: "Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?"
Mat 16:16 Maka jawab Simon Petrus: "Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!"
Mat 16:17 Kata Yesus kepadanya: "Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang                        menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga.
Mat 16:18 Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan                        mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya.
Mat 16:19 Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di                    sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga."

Mazmur Tanggapan Sabtu,22/02/2014

Mazmur 23:1-3a.3b-4,5.6

Mzm 23:1 Mazmur Daud. TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku.
Mzm 23:2 Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang;
Mzm 23:3 Ia menyegarkan jiwaku. Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena nama-Nya.
Mzm 23:3 Ia menyegarkan jiwaku. Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena nama-Nya.
Mzm 23:4 Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau                                besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku.
Mzm 23:5 Engkau menyediakan hidangan bagiku, di hadapan lawanku; Engkau mengurapi kepalaku dengan                  minyak; pialaku penuh melimpah.
Mzm 23:6 Kebajikan dan kemurahan belaka akan mengikuti aku, seumur hidupku; dan aku akan diam                          dalam rumah TUHAN sepanjang masa.

Bacaan I Sabtu,22/02/2014

1 Petrus 5 : 1 - 4

1Ptr 5:1 Aku menasihatkan para penatua di antara kamu, aku sebagai teman penatua dan saksi penderitaan                Kristus, yang juga akan mendapat bagian dalam kemuliaan yang akan dinyatakan kelak.
1Ptr 5:2 Gembalakanlah kawanan domba Allah yang ada padamu, jangan dengan paksa, tetapi dengan                      sukarela sesuai dengan kehendak Allah, dan jangan karena mau mencari keuntungan, tetapi dengan                pengabdian diri.
1Ptr 5:3 Janganlah kamu berbuat seolah-olah kamu mau memerintah atas mereka yang dipercayakan                          kepadamu, tetapi hendaklah kamu menjadi teladan bagi kawanan domba itu.
1Ptr 5:4 Maka kamu, apabila Gembala Agung datang, kamu akan menerima mahkota kemuliaan yang tidak                dapat layu.

Jumat, 21 Februari 2014

Lectio Divina


Baca Kitab Suci tapi bingung gimana caranya ? 
Ada satu metode membaca Kitab Suci sambil merenung dan berdoa, yakni Lectio Divina. Berikut penjelasan singkatnya :
  1. Lectio
    Membaca Bacaan Kitab Suci ( sebaiknya sesuai kalender liturgi
  2. Meditatio
    Ulangi baca ayat yang menyentuh
  3. Oratio
    Setelah merenungkan ayat yang menyentuh, tanggapi dengan doa
  4. Contemplatio
    Hening, mengendapkan apa yang telah dibaca.
Sumber : Warta Paroki St. Antonius Padua - Bidaracina hal 1

Renungan Jumat-21/02/2014

Mengambil Resiko

Injil Hari ini sangat ringkas, tetapi pesannya sangat mendalam bagi kita. Ada tiga hal yang patut kita renungkan sebagai syarat menjadi pengikut Kristus. Syarat pertama adalah penyangkalan diri. Menyangkal erat kaitannya dengan sikap lepas bebas. Lepas bebas berarti kita semua tidak terikat dan lekat pada hal-hal yang menyenangkan diri kita. Lepas bebas juga berarti kita berani menyangkal sesuatu yang menghambat kasih kita kepada Kristus secara total. Lekat pada harta, alat komunikasi, dan segala kenikmatan duniawi.

Syarat kedua adalah berani memikul salib. Memikul salib adalah tugas utama sebagai pengikut Kristus. Memikul salib tidak melulu soal siap menghadapi kesulitan, tetapi juga soal kesetiaan. Memikul salib memerlukan untuk tidak lari dari setiap kesulitan hidup. Memikul salib berarti kita mau menerima penderitaan dan menyatukannya dengan penderitaan Kristus.

Syarat ketiga adalah mengikut Aku. Mengikut Aku berarti kita berani menjalankan ketaatan. Taat total pada  kehendak Allah. Mengikut Aku berarti berani mengambil resiko untuk Kristus. Ketaatan ini tidak bisa disangkal dan ditolak bagi kita yang mengaku diri menjadi pengikut Kristus, sehingga dengan berani mengambil risiko untuk Kristus kita sejatinya sudah berani memenuhi syarat untuk mengikuti Kristus.

Mengambil risiko, dewasa ini sering kita hindari. Tidak semua orang berani melakukan hal ini. Salah satu kalimat dari Ahok Wakil Gubernur DKI, ketika tampil di acara Mata Najwa (30/10/2013) menarik untuk direnungkan. Ia mengatakan seandainya dia nanti mati karena dibunuh, dia ingin pada batu nisannya dituliskan, "Mati bagiku adalah keberuntungan". Kalimat ini muncul karena ia berani mengambil resiko, ketika ia terpilih menjadi  Wakil Gubernur DKI, dan berani mati seandainya dibunuh saat bertugas. Menjadi pengikut Kristus yang sejati tampak pada keberanian kita untuk berani mengambil resiko dalam menyangkal diri, memikul salib, dan taat mengikuti Kristus. Lebih dari itu resiko paling total adalah kehilangan nyawa. St. Louis Mariae de Montfort pernah mengakatan tentang hal demikian, "Jika kamu tidak mengambil resiko untuk Allah, kamu tidak melakukan apapun untuk-Nya". Sudahkah kita mengambil resiko untuk Allah ? (Zardens)
Sumber : Cafe Rohani