Mengambil Resiko
Injil Hari ini sangat ringkas, tetapi pesannya sangat mendalam bagi kita. Ada tiga hal yang patut kita renungkan sebagai syarat menjadi pengikut Kristus. Syarat pertama adalah penyangkalan diri. Menyangkal erat kaitannya dengan sikap lepas bebas. Lepas bebas berarti kita semua tidak terikat dan lekat pada hal-hal yang menyenangkan diri kita. Lepas bebas juga berarti kita berani menyangkal sesuatu yang menghambat kasih kita kepada Kristus secara total. Lekat pada harta, alat komunikasi, dan segala kenikmatan duniawi.
Syarat kedua adalah berani memikul salib. Memikul salib adalah tugas utama sebagai pengikut Kristus. Memikul salib tidak melulu soal siap menghadapi kesulitan, tetapi juga soal kesetiaan. Memikul salib memerlukan untuk tidak lari dari setiap kesulitan hidup. Memikul salib berarti kita mau menerima penderitaan dan menyatukannya dengan penderitaan Kristus.
Syarat ketiga adalah mengikut Aku. Mengikut Aku berarti kita berani menjalankan ketaatan. Taat total pada kehendak Allah. Mengikut Aku berarti berani mengambil resiko untuk Kristus. Ketaatan ini tidak bisa disangkal dan ditolak bagi kita yang mengaku diri menjadi pengikut Kristus, sehingga dengan berani mengambil risiko untuk Kristus kita sejatinya sudah berani memenuhi syarat untuk mengikuti Kristus.
Mengambil risiko, dewasa ini sering kita hindari. Tidak semua orang berani melakukan hal ini. Salah satu kalimat dari Ahok Wakil Gubernur DKI, ketika tampil di acara Mata Najwa (30/10/2013) menarik untuk direnungkan. Ia mengatakan seandainya dia nanti mati karena dibunuh, dia ingin pada batu nisannya dituliskan, "Mati bagiku adalah keberuntungan". Kalimat ini muncul karena ia berani mengambil resiko, ketika ia terpilih menjadi Wakil Gubernur DKI, dan berani mati seandainya dibunuh saat bertugas. Menjadi pengikut Kristus yang sejati tampak pada keberanian kita untuk berani mengambil resiko dalam menyangkal diri, memikul salib, dan taat mengikuti Kristus. Lebih dari itu resiko paling total adalah kehilangan nyawa. St. Louis Mariae de Montfort pernah mengakatan tentang hal demikian, "Jika kamu tidak mengambil resiko untuk Allah, kamu tidak melakukan apapun untuk-Nya". Sudahkah kita mengambil resiko untuk Allah ? (Zardens)
Sumber : Cafe Rohani
Tidak ada komentar:
Posting Komentar